RSS

Pages

Minggu, 21 Desember 2008

Serunai Bunga Jambu

Ibu, aku tumbuh menjadi air mata. Mengalir di tepitepi kecemasan. Menjalari juntai ketakberdayaan. Aku bermain di titian risau, menyeberangi ketidak pastian yang curam dan panjang.

Teduh hanyalah mimpi dari sebuah hidup yang singkat dan penuh tekateki serta humor tak lucu. Duniaku ramai, Ibu. Kembang api meletup-letup di jantungku, melebur-lebur warna-warni cita di lembar-lembar diktat kuliahku. Dan dia adalah pilarku, tempatku meredakan gelegar waktu, menyantap hasil hari, dan merebahkan perihku.

Ibu, air mata ini ingin berubah menjadi telaga baginya, bagi hidupku. Teduh dan bening. Aku ingin jadi akhir dari kehausannya, titiran kecil yang menerbitkan tawanya.

Maafkan aku, Ibu. Inilah dayaku, mengumpulkan segenap juang untuk pergi darimu dan menetap di hatinya. Sekecup cinta pernah dan selalu kuabdikan untukmu. Kini relakanlah aku untuk membagi nafasku dalam sebuah dunia mungil yang paling sederhana bersamanya.

0 komentar:

Posting Komentar