RSS

Pages

Kamis, 10 Desember 2009

Sirami Bunga Kita Dengan Cinta

"Awal bulan depan, genap dua tahun pernikahan kita. Dik, sungguh aku sudah tidak sabar untuk mencium sepuasku hingga tak satupun orang lain kuberikan kesempatan mencium dan memeluknya sebelum aku, suamimu, bosan menciumnya.

Satu tahun sebelas bulan yang lalu, aku masih ingat saat datang ke rumahmu untuk berkenalan dengan keluargamu. Takkan pernah hilang dalam ingatanku, betapa kedatanganku yang ditemani beberapa sahabat untuk berkenalan malah berubah menjadi sebuah prosesi yang aku sendiri tidak percaya melakukannya, yah... aku melamarmu dik....

Padahal, baru satu minggu sebelum itulah kita berkenalan di depan kampus kita di pondok labu. Mas dari UPN dan kamu dari BSI, dan kita bertemu di tempat yang tak terduga. Waktu itu, aku tak berani menatap wajahmu meski ingin sekali aku beranikan diri untuk mengangkat wajahku dan segera menatapmu. Tapi, entah magnet apa yang membuatku terus tertunduk. Kenakalanku selama ini ternyata tidak berarti apa-apa dihadapanmu, kurasakan sebuah gunung besar bertengger tepat di atas kepalaku dan membuatku terus tertunduk.

Dik, masih ingatkah di malam pertama pernikahan kita ... ? hm.. hm. hm....

Indah bunga seroja di taman mungkin takkan pernah bisa mengungkapkan eloknya cinta kita, cinta yang didasari atas kecintaan kepada Allah. Allah-lah yang menciptakan hati, jiwa dan ragamu begitu rupa sehingga aku mencintaimu. Aku pun berharap, atas dasar cinta Allah pulalah adik mencintaiku. Karena hanya dengan cinta karena Allah, cinta ini akan terus berbunga dan mewangi selamanya.

Cinta hakiki adalah cinta kepada zat yang menciptakan cinta itu sendiri, begitu seorang bijak berkata. Cinta tidak dirasa tanpa pengorbanan, kasih sayang bukan sekedar untaian kata-kata indah, dan kerinduan yang terus takkan pernah terwujud jika hanya sebatas pemanis bibir, tambah sang bijak.

Langit akan selamanya cerah, bila kita suburkan cinta ini. Mentari takkan pernah bosan bersinar selama kasih antara kita tetap terpatri dan rembulan pun tetap tersenyum, selama kita isi hari-hari dengan segala keceriaan yang jujur.

Tak terasa, malam semakin larut dik. Baru saja kudengar dentang jam alarm di Hape mu berbunyi lagu syalawat Nurul Musthofa. Sementara tangan ini masih asik dengan laptop dan papan keyboardnya. Kan kutulis semua rasa bathinku malam ini, semua keindahan, kehangatan, dan hidup dibawah naungan cinta bersamamu karena Allah.

Malam ini, ada tangis dihatiku yang tidak mungkin aku curahkan padamu. Karena aku tahu, kaupun sudah cukup sering menangis dan kadang menahan tangismu agar tidak terlihat olehku. Jadi, mana mungkin aku menambahinya dengan air mataku yang mulai menggenang di bibir kelopak mataku selama ini. Aku tau kan isi hatimu, tapi aku coba untuk mengerti keinginanmu.

Sebagai suami, aku merasa belum mampu membahagiakanmu dik. Nafkah yang kuberikan kepadamu setiap bulan, tidak pernah cukup bahkan untuk dua minggu pun. Sehingga untuk keperluan dua minggu berikutnya, aku harus meminjamnya dari teman-temanku tanpa sepengetahuanmu dan aku hanya membisikimu, "rizqumminallaah".

Setahun kita menikah, tak sehelaipun pakaian kubelikan untukmu. Bahkan aku sering menangis, saat mengajakmu pergi. Sedikit waktu yang kuberikan untuk kita berjalan-jalan, karena aku selalu disibukkan dengan segala urusanku, tak peduli hari libur. Aku selalu berharap adik tampil cantik dan segar sepanjang hari, tapi tak pernah kubelikan adik alat-alat kecantikan. Dan yang terakhir, aku tak kuasa mengingatnya dik, meski berat kita harus melalui saat-saat kita makan dengan makanan seadanya, bahkan tidak jarang kita hanya memakan mie dan nasi saja. Waktu itu adik bilang, "Biarlah bang, adik lebih rela makan sedikit dan seadanya daripada kita harus berhutang, karena hidup tidak akan tenteram dan selalu merasa dikejar-kejar dengan hutang".

Kita berharap di tahun depan ini, tumbuh bunga kecil akan hadir di tengah kita dik. Akankah aku, ayahnya, membiarkannya tumbuh dengan apa adanya seperti yang aku lakukan terhadapmu dik. Bersyukurlah ia karena mempunyai ibu yang sholehah dan selalu menjaga kedekatannya dengan Allah. Karena, walau gizi yang diberikannya kelak tidak sebanyak kebanyakan anak-anak lainnya, tetapi ibunya akan mengalirkan gizi takwa dihatinya, mengenalkan Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai tauladannya dan mengajarkan Al Qur'an sebagai petunjuk jalannya kelak. Ibunya akan mengajarkan kebenaran kepadanya sehingga mampu membedakan mana hak dan mana bathil,

Dik, jika ia lahir nanti, sirami hatinya dengan dzikir, suburkan jiwanya dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an, hangatkan tubuhnya dengan keteguhan menjalankan dinnya, baguskan pula hatinya dengan mengajarkannya bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya, ajarkan juga ia berbuat baik kepada orangtua dan orang lain, bimbinglah ia dengan ilmu yang kau punya, sehingga dengan ilmu itu ia tidak menjadi orang yang tertindas. Jadikan jujur sebagai pengharum mulutnya serta kata-kata yang benar, baik, lembut dan mulia sebagai penghias bibirnya. Sematkan kesabaran dalam setiap langkahnya, taburi pula benih-benih cinta di dadanya agar ia mampu mengukir cinta dan kasih sayang dalam setiap perilakunya, dan yang terakhir kenakan takwa sebagai pakaiannya setiap hari.


Jika demikian, Insya Allah harapan dan do'a kita untuk tetap bersama sampai di surga kelak akan lebih mudah kita gapai. Aku berharap, engkau membaca Artikel yang kuselipkan di Browser Internet Laptopmu ini. Dan jika kau telah membacanya esok pagi, jangan katakan apapun kecuali ciuman hangat di tanganku. Karena dengan begitu, aku tahu kau telah membacanya." SELAMAT ULANG TAHUN PERNIKAHAN KITA YANG Ke-2, SAYANGKU Dik DINI . Semoga kita tetap bahagia dan tentram selalu. Amiinn .....

0 komentar:

Posting Komentar